Jumat, 23 November 2012

7-Eleven baik atau buruk untuk kita

7-Eleven kayaknya udah pada gak asing lagi sama waralaba atau minimarket yang satu ini, masuk ke Indonesia sekitar tahun 2011an sukses membuat para ABeGe Gahul Jakarta kelepek-kelepek. Bisa dibilang konsep setengah toko kelontong setengah cafe + WiFi gratis ini menjadi bak kacang goreng, menjamur dimana-mana(sampai saat ini baru dijakarta) dengan cabang lebih dari 88 di Jakarta membuat Sevel, kata anak gaul ada dimana-mana.

Konsep jual yang diterapkan Sevel(7-Eleven) terbilang masih baru karena baru Sevel dan seniornya Circle-K aja yang punya konsep tersebut, mungkin konsep ini sudah ada pada toko kelontong asli indonesia namun belum seheboh Sevel dan Circle-K ditambah gratis Wifi membuat para ABeGe Gahul Jakarta betah dan berlama-lama di teras yang emang udah disedian baik Free Smoking atau Smoking Area.

Sebagai salah satu tokoh masyarakat sekaligus ketua RT bokap(bapak, red) saya mendapat undangan Selametan pembukaan Sevel dengan cabang yang ke 88 di Indonesia, yang juga dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat. Acara yang berlngsung singkat tersebut rupanya gak cuma sekedar makan-makan atau beramah-tama naman setiap undangan yang datang pun mendapat Voucher senilai Rp. 30.000. Jumlah voucher yang di bagikan pun beragam dari 3, 4 hingga 5.



Gak mau menyiayiakan kesempatan tersebut saya berserta saudara saya yang lainnya menggunkan kesempatan tersebut berangkatlah kami untuk menukarkan voucer tersebut dengn sejumlah makanan salah satunya ialah Slurpee. 


Slurpee adalah minuman soda yang ditambahkan es yang mudah cair dengan beragam rasa mulai dari Coklat, Anggur dan lainnya. Slurpee merupakan minimun khas yang diproduksi langsung oleh 7-Eleven di grainya. Minuman ini yang merupakan favorite para ABeGE Gahul jakarta selagi nongkrong di tempat yang telah disediakan oleh 7-Eleven. 

...

Burukkah keberadaan Sevel di Indonesia terutama jakarta? dilihat dari banyaknya pengunjung membuat para toko kelontog asli Indonesai seolah tersisihkan dan terasingkan. Memang dijaman pasar bebas yang sudah didepan mata toko kelontong Indonsia harus pandai-pandai membuat sebuah gebrakan inovasi dalam  berjualan. Sebelumnya pun sudah ada toko kelontong asing yang mecoba peruntungan dagang di Indonesia, Sebuat saja Indomaret, Alfamart dan banyak lagi yang lainnnya.

Kontroversi, kayaknya gak lepas dari Si Sevel ini, penyebabnya adalah Alkohol. Alkohol di negara yang bermayoritas umat muslim seperti di Indonesia memang tabu bener sama zat yang satu ini, selain memabukkan juga membuat sel saraf diotak jadi rusak. Contoh dari penolakan tersebuat ada pada Sevel cabang yang ada di sebelah Kampus UIN, jelas ada penolakan karna letaknya yang berdekatan dengan Kampus yang bernuansa Islami tersebut. 


Alhasil sesuai kesepakatan Sevel cabang tersebut dilarang Menjual, Membawa atau Meminum mimuman berakohol di tempat tersebut apa lagi tepat di depan sebelah kiri tempat Sevel berdiri terdapat Masjid.

Terlepas dari buruk atau baiknya toko kelontong asing di Indonesia kembali lagi peran pemerintah memantau jumlah toko kelontong asing agar keberadaanya pun tidak mematikan pedang lokal disamping itu pula pedang lokal musti pandai membuat inovasi agar mempu bersaing secara sehat dan kreatif dijaman pasar bebas yang sudah ada didepan mata, Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Rizkon Halali
Semua hal yang ada di Rizkon Halali bersifat terbuka, dan mohon untuk mencantumkan tautan sumber jika diperbanyak.